Iman atau keadaan
spiritual seseorang biasanya akan mengalami kenaikan[1]
dan penurunan. Demikian yang dialami oleh penulis. Di sini penulis akan sedikit
bercerita beberapa keadaan keimanan penulis dalam kondisi-kondisi tertentu.
Kondisi Taubat
Taubat berasal
dari kata taba-yatubu yang memiliki arti kembali.[2]
Kembali dari perbuatan salah atau kemaksiatan menuju kepada Allah Swt. Pada kondisi
ini, penulis merasa bersalah sekali atas semua perbuatan salah dan dosa. Mulai
dari dosa yang kecil hingga yang terhitung besar. Kadang menyesal telah
menyakiti teman, kawan, sahabat, dan handai (atau siapa pun), baik dengan
kata-kata atau perbuatan. Tidak jarang pula pada kondisi ini penulis berlinang
air mata mengingat betapa kasih Allah Swt masih memberikan hidup kepada
penulis. Mengapa harus memberi kehidupan kepada para pendosa seperti penulis?
Kondisi taubat
ini juga biasa dimulai, selain karena merasa salah, juga kadang ketika semangat
mulai menurun. Musababnya macam-macam. Mulai dari lesu menghadapi aktivitas
atau pun jenuh. Juga karena hasil yang diharapkan tidak kunjung tercapai dan
tergapai.
Back To Be Spiritful
Setelah fase
taubat biasanya semangat penulis akan kembali berseri-seri lagi. Recharged! Kira-kira
demikian ekspresi yang dapat digambarkan. Setelah fase taubat kadang muncul
semangat-semangat baru menempuh hidup. Misalnya membuat rencana yang lebih
jelas, serta bagaimana cara menempuh rencana tersebut agar terwujud dengan
cara-cara yang lebih masuk akal. Di situ kadang ada ‘tangan-tangan Tuhan’ yang
tak kelihatan, membantu penulis memunculkan ide-ide serta memberikan baterai spirit.
Dekat dengan
Allah Swt
Kondisi ini
biasanya ditandai dengan rasa ingin bertemu dengan Allah Swt, bahkan kadang
menginginkan disegerakan mati, menikmati kehadiran Allah Swt dalam setiap
shalat dan seterusnya, tidak peduli dengan apa pun (tidak memikirkan dengan
kekayaan, jodoh, atau hal-hal dunia). Rasa-rasanya sudah cukup dengan merasakan
kehadiran Allah Swt. Puncak keinginan tertinggi dari fase ini adalah ingin
melihat Wajah Allah Swt. Bahkan seandainya penulis masuk neraka pun asalkan
sudah melihat Wajah Allah Swt rasanya puas sekali, bahagia tak terkira. Analogi
sederhanya adalah ketika melihat WajahNya merupakan kebahagiaan tak terkira,
maka kebahagiaan tersebut akan mengalahkan rasa sakit dan pedih api neraka.[3]
Titik kulminasi dari fase ini adalah melihat Wajah Allah Swt, bukan masuk
surga. Atau lebih tepatnya lebih dari sekadar masuk surga.
Masa Jahiliyah
Fase ini biasanya
ditandai dengan malas ke masjid, malas beribadah, dan beribadah seadanya. Zikir
dan wirid bakda salat menjadi hilang. Membaca Al-Qur’an menjadi jarang. Dalam
fase ini pula melakukan perbuatan-perbuatan jahil dianggap biasa saja. Artinya
kadang menganggapnya enteng.
Semoga kita dapat
selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Amin.
[1] QS Al-Fath: 4
[2] http://bit.ly/12EzWjt or
http://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/تاب/ (link
asli)
[3] Namun analogi ini belum sepenuhnya betul karena belum tentu
orang yang masuk neraka (di dunia akhirat) akan diperkenankan melihat wajah
Allah Swt.
للصائم فرحتان، فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه
Artinya:
terdapat dua kebahagiaan yang diperoleh kepada orang-orang yang berpuasa: (1)
ketika berbuka, dan (2) ketika bertemu dengan Tuhannya (HR Bukhari dan Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar. Bebas!