Jumat, 12 Desember 2014

Fluktuasi Iman

Iman atau keadaan spiritual seseorang biasanya akan mengalami kenaikan[1] dan penurunan. Demikian yang dialami oleh penulis. Di sini penulis akan sedikit bercerita beberapa keadaan keimanan penulis dalam kondisi-kondisi tertentu.

Kondisi Taubat

Taubat berasal dari kata taba-yatubu yang memiliki arti kembali.[2] Kembali dari perbuatan salah atau kemaksiatan menuju kepada Allah Swt. Pada kondisi ini, penulis merasa bersalah sekali atas semua perbuatan salah dan dosa. Mulai dari dosa yang kecil hingga yang terhitung besar. Kadang menyesal telah menyakiti teman, kawan, sahabat, dan handai (atau siapa pun), baik dengan kata-kata atau perbuatan. Tidak jarang pula pada kondisi ini penulis berlinang air mata mengingat betapa kasih Allah Swt masih memberikan hidup kepada penulis. Mengapa harus memberi kehidupan kepada para pendosa seperti penulis?

Kondisi taubat ini juga biasa dimulai, selain karena merasa salah, juga kadang ketika semangat mulai menurun. Musababnya macam-macam. Mulai dari lesu menghadapi aktivitas atau pun jenuh. Juga karena hasil yang diharapkan tidak kunjung tercapai dan tergapai.

Back To Be Spiritful

Setelah fase taubat biasanya semangat penulis akan kembali berseri-seri lagi. Recharged! Kira-kira demikian ekspresi yang dapat digambarkan. Setelah fase taubat kadang muncul semangat-semangat baru menempuh hidup. Misalnya membuat rencana yang lebih jelas, serta bagaimana cara menempuh rencana tersebut agar terwujud dengan cara-cara yang lebih masuk akal. Di situ kadang ada ‘tangan-tangan Tuhan’ yang tak kelihatan, membantu penulis memunculkan ide-ide serta memberikan baterai spirit.

Dekat dengan Allah Swt

Kondisi ini biasanya ditandai dengan rasa ingin bertemu dengan Allah Swt, bahkan kadang menginginkan disegerakan mati, menikmati kehadiran Allah Swt dalam setiap shalat dan seterusnya, tidak peduli dengan apa pun (tidak memikirkan dengan kekayaan, jodoh, atau hal-hal dunia). Rasa-rasanya sudah cukup dengan merasakan kehadiran Allah Swt. Puncak keinginan tertinggi dari fase ini adalah ingin melihat Wajah Allah Swt. Bahkan seandainya penulis masuk neraka pun asalkan sudah melihat Wajah Allah Swt rasanya puas sekali, bahagia tak terkira. Analogi sederhanya adalah ketika melihat WajahNya merupakan kebahagiaan tak terkira, maka kebahagiaan tersebut akan mengalahkan rasa sakit dan pedih api neraka.[3] Titik kulminasi dari fase ini adalah melihat Wajah Allah Swt, bukan masuk surga. Atau lebih tepatnya lebih dari sekadar masuk surga.

Masa Jahiliyah

Fase ini biasanya ditandai dengan malas ke masjid, malas beribadah, dan beribadah seadanya. Zikir dan wirid bakda salat menjadi hilang. Membaca Al-Qur’an menjadi jarang. Dalam fase ini pula melakukan perbuatan-perbuatan jahil dianggap biasa saja. Artinya kadang menganggapnya enteng.

Semoga kita dapat selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Amin.



[1] QS Al-Fath: 4
[3] Namun analogi ini belum sepenuhnya betul karena belum tentu orang yang masuk neraka (di dunia akhirat) akan diperkenankan melihat wajah Allah Swt.
للصائم فرحتان، فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه
Artinya: terdapat dua kebahagiaan yang diperoleh kepada orang-orang yang berpuasa: (1) ketika berbuka, dan (2) ketika bertemu dengan Tuhannya (HR Bukhari dan Muslim)

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar. Bebas!