Hal kedua adalah terkait komitmen awal penulis bahwa di blog barunya, yaitu yang sedang Anda baca, tidak akan membicarakan orang lain seperti yang sudah-sudah. Untuk kali ini, substansi dari narasi seorang kisanak ini bukan karena ingin menceritakan yang substansinya menjelek-jelekkan atau pun mengungkapkan fakta tersembunyinya. Bukan. Narasi atau uraian kali ini merupakan refleksi dari perasaan yang penulis alami.
Jumpa pada Pandangan Pertama
Kisanak ini penulis temui pada OBM (Orientasi Mahasiswa Baru), tepatnya pada acara ToT (Training of Trainer). Kebetulan penulis dan dia bersama dalam satu kelas atau ruangan ToT. Pada permulaan awal, para peserta ToT disuruh untuk memperkenalkan diri masing-masing: nama, asal fakultas, profesi, dan motivasi menjadi fasilitator OBM.
Kebetulan si kisananak tadi duduk di pojok kanan ruangan di mana peserta yang duduk di kursi tersebut haruslah memperkenalkan diri terlebih dahulu. Penulis lupa namanya siapa, tapi dari perkenalannya ternyata dia merupakan salah seorang dosen di FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Lalu alasan ia mengikuti pelatihan OBM ini karena anjuran dari departemennya. Harus diakui memang setiap fakultas mengirimkan perwakilan dosennya. Biasanya mereka memilih dosen-dosen yang masih muda untuk menjadi fasilitator OBM. Penulis menjadi terpikir seandainya kakak penulis masih di sini maka tidak menutup kemungkinan penulis dan dia akan bersama bertemu mengikuti pelatihan ini pasalnya kakak penulis masih memiliki umur yang muda.
Kesan pertama penulis pada kisanak tadi tidak terlalu berbeda ketika memikirkan kolega penulis yang bernama Alwan. Memang penulis menggunakan steorotip karakter setiap fakultas. Misalnya kalau yang dari fakultas teknik maka orangnya akan cenderung memiliki kepribadian yang keras atau semisalnya, seperti orang-orang yang sangkakan saat awal bertemu. Demikian yang penulis pada si kisanak ini, ia terlihat kaku dan kelihatan kurang dapat bergaul dengan sesamanya, ditambah lagi dengan kacamata tebalnya membuat ia seperti seorang ilmuan yang terlalu banyak menghabiskan hidupnya di laboratorium. Singkatnya jumpa pada pandangan pertama dengan dia tidak ditemukan sesuatu yang spesial mengenainya.
Jumpa pada Pandangan Kedua
Kali ini penulis akan menceritakan pertemuannya yang kedua. Tepatnya sewaktu tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk dosen di daerah Depok, penulis lupa di mana tempatnya. Kebetulan waktu itu penulis mengantarkan kakak penulis yang juga mengikuti tes serupa. Tak dinyana penulis kembali bertemu lagi dengan kisanak FMIPA itu. Pada waktu itu pun, penulis dan dia sudah saling bertatap mata. Namun sepertinya entah karena kita berdua berpura-pura tidak saling kenal atau karena alasan lain, singkat cerita kami tidak saling menyapa. Meskipun kami berkali-kali saling beradu pandang.
Waktu bertemu penulis sudah menduga pasti dosen muda belum PNS (Pegawai Negeri Sipil). Istilah sederhanya masih dosen honorer (persamaan untuk guru honorer), namun gaji antara guru dan dosen honorer tentulah memiliki jarak yang tidak sedikit.
Jumpa pada Pandang Ketiga
Kali ini penulis bertemu lagi dengan kisanak dari FMIPA ini. Ceritanya setelah lolos pada tahapan tes yang terdahulu, para peserta yang lolos masih diharuskan untuk mengikuti tes psikologi. Bedanya sekarang penyelenggaranya adalah institusi masing-masing. Jadi sesiapa yang mendaftar bekerja di UI (Universitas Indonesia) maka mereka melakukan tes lanjutan di UI juga. Tidak terkecuali kakak penulis.
Di Fakultas Psikologi UI, lagi-lagi penulis bertemu dengan kisanak itu. Di sana ia membawa anaknya menggunakan kereta dorong. Penulis menambahkan analisis penulis bahwa si kisanak itu ternyata sudah mempunyai anak. Sewaktu menunggui istrinya mengikuti tes di sini, ia terlihat membawa aneka perlengkapan istrinya dan perlengkapan bayi. Menyelendang di sekujur tubuhnya.
Di tempat ini pun, penulis lagi-lagi bersipandang dengan kisanak itu.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar. Bebas!